KATA BAGUS

Terbanglah sebebas burung di udara, berpikirlah untuk menjadi yang terdepan,.,!

Serba serbi

hidup adalah sebuah kesempatan untuk mencapai sebuah kemuliaan

Ads 468x60px

Featured Posts

Minggu, 11 April 2010

Sejarah Islam Di Mesir


Ketika kita membaca beberapa buku tentang sejarah mesir kita akan mengatakan betapa unicnya negara Mesir ini, karena memang negara ini kaya akan peradaban dan peninggalan sejarahnya. Tidak heran kalau Mesir menjadi kota yang ramai dikunjungi orang dari berbagai pelosok dunia. Adapun kali ini penulis menulis tentang sejarah islam masuk ke Mesir dan perkembangannya.



Penaklukan Islam atas Mesir


Mesir menjadi sebuah provinsi Romawi secara langsung berafiliasi dengan negara Rumania sejak 31 SM. M, ketika Roma menaklukkan dan menghancurkan pemerintahan Ptolemeus, lalu diambil alih oleh Kaisar Roma Augustus Caesar untuk memperoleh hasil dari sumberdaya alam di Mesir. Kekuasaan Romawi ditandai dengan kesewenang-wenangan, Mesir berada di bawah kekuasaan Romawi selama kurang lebih empat abad. Setelah adanya pembagian kerajaan, pada tahun 395 masehi Mesir telah menjadi negara bagian dari Kekaisaran Bizantium Timur dan fakta bahwa Mesir berada di bawah pemerintah pusat Byzantium, secara langsung dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada konflik Byzantium, dan kalahnya Kekaisaran Bizantium dari Persia di Asia Tengah dan Balkan, penyebab langsung Persia masuk ke Mesir, dan jatuhnya Iskandariyah tahun 619 Masehi.

Mulainya penaklukan Islam pada masa As-Siddiq ra, dan terus selama masa pemerintahan Al-Faruq ra. Ketika Amru bin 'Aash selesai menaklukan Syam dan Palestina, ia bertanya kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab, dan meminta untuk melakukan ekspedisi ke Mesir, Amr mampu meyakinkan Umar Bin Khattab untuk melakukan perluasan ke negeri Mesir, ketika mereka berjumpa di Paljabip pada tahun 18 H, sampai akhirnya Umar bin Al-Khattab senang atas keyakinannya tersebut. Dia menjelaskan juga agar daerah Syam tidak diserang dari Romawi di utara dan selatan yang melalui jalan Sinai di Mesir juga sebelah barat Laut Rum(laut tengah).

Begitu juga dengan Ordobon, komandan Romawi di Palestina yang melarikan diri dari Palestina ke Mesir, sebelum perluasan muslim ke Yerusalem, dan membawa bersamanya beberapa buah pasukan tentara Romawi, dan memobilisasi tentara Romawi di Mesir untuk melawan kaum muslim. Dalam usaha mereka untuk menjadikan Mesir sebagai pusat pertahanan dan mencoba untuk mengembalikan Palestina ketangan mereka. Melihat hal ini, Amr bin 'Aash berkata bahwa umat Islam seharusnya tidak membuang-buang waktu dengan sia-sia untuk menyerang mereka sebelum mereka pulih dari kekalahan di Syam. Hal ini didukung oleh Al- Farouk Umar bin Khattab, yang dikenal cerdas berpikiran dan bijaksana.

Kemudian berdiri Zubair bin Awam, dan bersamanya Busra bin Abi Arthah, Kharijah bin Hudhafah dan 'Amir bin Wahab Jumahi. Adapun Amru bin 'Aash ia berbelok ke Benteng Babel dan mengepung atau mempersempit gerakan mereka selama beberapa bulan, ketika kaum Romawi merasa sempit atas pengepungan tersebut, maka muqauqas mengirim utusan kepada 'Amru bin 'Aash yaitu untuk mengadakan perjajian dia berkata: "Sesungguhnya kalian telah menguasai daerah kami dan mengepung benteng kami, begitu mulia kedudukan kalian di daerah kami. Kalian hanya sekumpulan orang yang sedikit tapi kalian bisa menguasa daerah kami, dan bersama kalian hanya beberapa senjata. Sunggguh kalian telah menyebrangi sungai Nil dan kalin sekarang berada di tangan kami, utuslah seorang di antara kalian maka kami akan mendengarkannya. Mudah-mudahan akan terbentuk sebuah kesepakatan antara kami dan kalian". Maka datanglah utusan dari pihak muslim: "Ini bukanlah antara aku dan kamu, tetapi salah satu dari tiga urusan ini yang anda pilih yaitu: apakah kalian ingin masuk islam dan kalian menjadi saudara-saudara kita dalam Islam, atau jikalau kalian menolak maka kalian bisa membayar upeti dan kalian termasuk orang yang rendah, atau kami akan sabar memerangi kalian sampai Allah mengadili kami dan kalian sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik hakim."

Amru Bin Al-Aas mewujudkan toleransi Islam

Perjanjian Muqauqas Bizantium ketidakmampuan untuk berdiri melawan kaum muslimin, dan sepakat untuk mengadakan perdamaian, harus mendapatkan persetujuan oleh Kaisar, akan tetapi Kaisar Byzantium menolak untuk berdamai dengan kaum muslimin, dan mendesaknya untuk melawan mereka. Akhirnya pihak muslim menyerang benteng ketapel, dan Zubair bin 'Awwam seorang rakyat biasa akhirnya dapat memasuki benteng itu dengan sangat berani, lalu diikuti oleh umat Islam. Akhirnya pada tahun 20 H / 641 M, Cyrus terpaksa menyimpulkan perjanjian dengan Amr bin 'Aash, Perjanjian untuk masuk kedalam agama Allah dan meninggalkan agamanya, dan membayar upeti seperti yang tertulis dalam perjanjian. Tapi bagi Amr menolak untuk berdamai karena umat Islam telah memasuki benteng dengan paksa, dan kemudian tanah Mesir menjadi hak Muslim, tetapi umat Islam tidak pernah berusaha untuk mendapatkan duniawi, dan keinginan untuk memiliki harta dengan mengorbankan hubungan antara orang-orang mesir. Sehingga penguasaan ini lebih disukai oleh orang Mesir dan Penaklukan Islam di Mesir juga dianggap sebagai rekonsiliasi orang yang tepat.



Kegembiraan Warga Mesir Ketika Penaklukan Islam di Mesir

Orang-orang Mesir pada waktu itu tidak suka atas kekuasaan Roma sehingga fakta-fakta sejarah umat Islam Mesir menyambut dan membantu mereka dalam merebut kekuasan dari kerajaan Romawi, mereka juga menyatakan belas kasihan kaum muslimin atas kemurahan hati-hati mereka kepada orang-orang Mesir dan perlindungan terhadap kebebasan dan kepercayaan mereka Benamin Patriark dari Gereja Koptik, mereka melarikan diri dari Roma karena doktrin kebenciannya, dan penindasan dari semua orang Kristen yang lain, dan ketika mereka menceritakannya kepada Amr bin 'Aash dan Amr menjawab bahwa mereka aman berada disini.

Setelah mengarungi berbagai urusan, akhirnya dia naik tahta di Alexandria. Amr yang sangat hangat disambut-sambut dan disanjung-sanjung, karena toleransinya kepada warga mesir dan diberi kebebasan untuk gereja-gereja di negara Amr bin Aash tersebut dan pembangunan kembali gereja-gereja dihancurkan oleh bangsa Persia selama pendudukan mereka dari Mesir. Amr bin Al-Aash mengirim beberapa utusan kedaerah-daerah yang ada di Mesir untuk mempermudah penguasaan Mesir dalam mensyiarkan kependudukan islam tersebut, dia mengutus Abdullah bin Saad bin Abi Sarh menjadi utusan ke daerah Sa'id, Kharijah bin huzhafah ke Fayum, dan dikirim Amir bin Wahab Jumhi ke Dimyat dan sekitarnya. Berjalan Amr bin Al-'Aash ke barat, untuk menarik perhatian kepada warga di daerah barat tersebut, lalu mengirimkan 'Uqbah Bin Nafie untuk menakhlukan Zuwailah, dan langsung ke arah selatan Mesir untuk penaklukan Nubia.


Mesir Menjadi Wilayah Kekuasaan Islam


Setelah penaklukan kota Mesir oleh Amr bin 'Aash maka jadilah mesir sebagai negara Islam yang asli, dan tetap dipertahankan untuk orang islam agar tetap menjadi negara islam, dari masa Khilafatur Rasyidin sampai menjadi negara yang merdeka. Adapun daulah islam yang pernah memimpin mesir adalah: daulah Tuluniah, kemudian daulah Ikhsyidiyah, kemudian daulah 'Ubaidiah (Fatimiyah), kemudian daulah Ayyubiah, kemudian daulah Mamalik, kemudian Kekaisaran Utsmaniah hingga menjadi negara yang merdeka oleh Muhammad Ali Basha pada abad kesembilan belas Masehi.
Dalam setiap era-era Islam di Mesir akan ada keadaan-keadaan yang kuat, dan ada juga saat-saat lemah. Mesir berada di atas kurva sejarah dan peradaban yang mengemilangkan dan dipimpin oleh banyak raja yang tangguh.

Apadapun yang menjadi gubernur di mesir pada saat Khalifatur Rasyidin adalah : Amru bin 'Aash (19-25 H / 640-646 M), (39-44 H / 659-664 M) dan Abdullah bin Saad bin Abi Sarh (25-35 H / 646-656 M). Pada masa Umayyah: Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam (65-86 H / 685-705 M), pada masa Abbasiyah: Ahmad ibn Tulun (254-270 H / 868-884 M), pada masa Ikhshidiyah: Muhammad bin Tughju Alikhshid (323-334 H / 935-945 M ), dan kamper Alikhchidi (355-357 H / 966-968 M). Pada masa Raja Al-Nasser Salahuddin (569-589 H / 1174-1193) dan pada masa Mamluk Saifuddin Qutuz (657-658 H / 1259-1260 M), dan Rukni-Din Baybars (658-676 H / 1260-1277 M), Mansur Saifuddin Qalawun (678-689 H / 1279-1290 M), dan Al-Asyraf Saifiddin Qitbay (872-901 H / 1468-1496 M) dan di Kerajaan Utsman pada masa pemerintahan Murad Bin Sulayem (982-1003 H / 1574-1595 M), dan Ibrahim II (1050-1058 H / 1640 - 1648 M).

Pemilihan Tempat Pusat Pemerintahan


Amru bin 'Aash mulai menabur benih-benih peradaban Islam di Mesir dan perluasan sayap Islam, adapun pekerjaan pertama yang dilakukan olehnya adalah mendirikan kota yaitu kota Fustat, dan dijadikan sebagai ibu kota negara dan pusat pemerintahan islam di Mesir. Telah dikatakan: Bahwa Amru bin 'Aash setelah penakhlukan kota Mesir maka akan menetapkan Alexandria sebagai ibu kota islam, seperti sebelumnya, karena Alexander Agung sampai akhir zaman Bizantium di Mesir memilih alexandria sebagai pusat pemerintahan. Lalu Amru menulis surat kepada Khalifah Umar ibn al-Khattab untuk pemberian izin pendirian Alexandria sebagai ibu kota islam, tetapi khalifah menolak, dan menulis kepada Amru berkata: "Saya tidak suka datang ke tempat tersebut, karena tempat tersebut dipisahkan oleh air antara aku dan kalian di musim dingin dan musim panas." Wajar untuk memilih ibukota Mesir Amru pada titik yang mudah berkomunikasi dengan negara-negara Arab, dan posisi yang strategis untuk mengamati Mesir dan negara bagian utara dan selatan juga mudah baginya untuk memerintah. Maka terpilihlah Fustat sebagai pusat pemerintahan yang mana berdekatan dengan jabal Muqatam yaitu dataran tinggi di Mesir. Di sini Amru tidak mendirikan benteng karena warga mesir belum ada yang menentang islam.

Amr bin 'Aash juga adalah pendiri mesjid pertama di Mesir dan juga mesjid pertama di Afrika. Yang didirikan pada tahun 21 H di Fustat, terikat di bawah pemerintahan Islam, maka timbulah kesejahteraan Utuh di puncak masjid tersebut, dan menjadi masyhur bahwa mesjid ini menjadi pondasi dasar peradaban islam di mesir, terletak di utara Fort Babel Hal ini telah menjadi mercusuar yang bersinar Seluruh ilmu pengetahuan dan kebudayaan, menceritakan sejarah Islam Mesir selama berabad-abad untuk hari ini.

Selama masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan ra(23-35 H / 643-655 M), Muslim mulai dalam pengolahan armada untuk menghancurkan setiap serangan dari laut, dan jihad melawan Bizantium, kekuasaan telah diberikan kepada armada yang ahli di negara tersebut. Sehingga kekuatan armada di Mesir banyak dorongan oleh negara islam yang ada di syam dan tempat-tempat lain di daerah kekuasan islam, terutama orang-orang Koptik yang telah memberikan sumbangan yang lebih besar dalam membangun armada Islam, sehingga pada (33 H / 654 M) sampai umat Islam mempunyai armada yang besar, mampu menghancurkan kedaulatan Kekaisaran Bizantium di Mediterania, dan meraih beberapa pulau. (fahmi jamal)


-----------------------------------

Diambil dari berbagai sumber.